Kamis, 09 Agustus 2012

Masih Menanti Berhembusnya Udara Kemerdekaan

Masih Menanti Berhembusnya Udara Kemerdekaan

Kemerdekaan 17 Agustus sudah berkumandang selama 67 tahun. Jejak-jejak pembangunan mulai terasa. bangunan fisik, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat kian membaik. Namun, ketika berjalan-jalan dari desa sampai disudut-sudut kota, telinga kita masih mendengarkan cucuran keringat yang menguras begitu banyak milik para petani yang kekuragan pupuk dan para nelayan yang mulai kelangkaan ikan, mata kita masih saja menangkap sosok terbaring beralaskan koran dikolong jembatan. Telinga kita masih mendengar rintihan pilu diemperan toko, Kami masih menanti berhembusnya udara kemerdekaan......

menanti berhembusnya udara kemerdekaan......

Bosan pun menebal tidak lain sebab korupsi semakin sulit untuk diberantas, jalan yang tetap saja ciut untuk menyingkirkan rayap yang memakan masa depan,  Rendahnya air gelas yang telah terminum sebanding dengan moral para koruptor. Ketika si korup dalam kemacetan lalu lintas dan diminta untuk menunjukkan SIM, mereka lebih suka untuk menyuap petugas yang menghadang jalan dari pada kehilangan waktu atau sekedar utang piutang. sedangkan kami harus berdesak-desakan antri mengisi nama tilang berKTP. Bahkan mereka terus melanjutkan kendaraan atas nama sumbangan yang tidak berhenti untuk menyuap sekolah sedangkan kami harus meminta surat DISPEN dengan ambal-ambal rasa kantuk yang kian menjadi terlukis pada pidato “si bapak” yang kedengaran seperti cerita dongeng pengantar tidur layaknya cerita berjudul lapangan sepak bola yang sempit sebanding dengan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Kami masih menanti berhembusnya udara kemerdekaan......

Pak, mari kita berloma-lomba melestarikan korupsi, kolusi dan nepotisme, kebudayaan nasional menurut kita! sampai tulang belulang kita berserak di sepetak tanah berukuran tiga kali tujuh kali delapan kalau perlu!
Supaya harta kita cukup sampai tua untuk anak cucu dan tujuh turunan.
Ahh ojo gubris rakyat jelata, biarkan saja berkicau seperti burung pipit, atau burung beo tepatnya!
kita ini kan buta dan budek…

GOBLOK RA KETULUNGAN

Oh ya BTW “KATANYA” semua media mengutuki kita pak??
Pernah liat pak?? Ohhh sama… saya juga tidak pernah.
Oh ya pak bagaimana kalau kita lanjut taruhan siapa yang bisa cepat melupakan perjuangan BUNG KARNO, BUNG HATTA, dan BUNG-BUNG lainnya, itu yang menang!!!
Tenang, kan mereka tinggal sejarahkalau mereka masih ada mungkin gawat, kepala kita bisa ditempeleng…
Atau gawatnya bambu runcing bukan ditancapkan di dada kompeni! tapi di kepala kita!
Kita ini sedang berevolusi dari manusia jadi orang utan!
Ahh… Percuma ngomong sama orang budek!
puisi kemerdekaan, puisi koruptor, puisi buat nepotisme, puisi buat kolusi, puisi berantas korupsi, kolusi, nepotisme, puisi 17 agustus, puisi goblok. puisi sakit. puisi para petani, puisi buruh, puisi kolong jembatan, cara memberantas korupsi, cara memberantas kolusi, cara memberantas nepotisme. puisi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar