Maraknya Hutang Piutang di Kalangan Masyarakat Indonesia - Kebutuhan dan keinginan setiap individu itu berbeda. Ketika kita tidak bisa memanagemen antara keinginan dan kebutuhan mana yang seharusnya lebih diutamakan maka timbulah permasalahan keuangan. Apalagi jika seseorang itu lebih mendahulukan keinginannya daripada apa yang dibutuhkannya, niscaya permasalahan keuangan dan kekurangan akan senantiasa membayangi hari-hari, meski dengan berpenghasilan besar sekalipun.
Melihat sesuatu yang trend saat ini dikalangan masyarakat. Beberapa besar gaji yang diterima, paling tidak jauh ditas rata-rata gaji standar yang ditetapkan pemerintah indonesia untuk ukuran pegawai biasa, Namun berapakah dari masyarakat yang tidak terlibat masalah hutang piutang? baik dengan sesama teman maupun dengan per-bankan. Jika kita sempat melihat ketempat perbankan yang meminjamkan uang, pasti beratus-ratus kaki selalu memadati seluruh loket loket untuk masalah yang satu ini.
Hal seperti ini sebenarnya dikalangan masyarakat sudah bukan rahasia umum lagi. masalah hutang piutang baik dengan perbankan maupun dengan sesama teman sepertinya telah menjadi menu utama sehari-hari dan membudaya dikalangan masyarakat. Berikut berbagai kecamuk permasalahannya : dari si A tidak bayar, si B diteror pihak bank karena menjadi saksi, si C sedang sengit berantem karena bermasalah utang dengan si D, atau bahkan si E kena terminate karena terlibat hutang piutang. Sobat, adakah pelajaran yang kita ambil dari ini?
Sebagai makhluk sosial kita memang tidak bisa hidup sendirian, selalu membutuhkan bantuan orang lain. Butuh bantuan tenaga, waktu, pemikiran, dan terkadang uang. Apalagi karena rasa senasib akan menjadi satu alasan mudahnya keakraban diantara kita. Saling curhat masalah masing-masing baik tentang pekerjaan, pribadi, keluaraga, atau bahkan tentang keuangan. Karena merasa senasib itulah memicu rasa iba/ simpati sehingga tidak enak atau tidak tega untuk tidak membantu. rasa tidak enak/ pekewuh inilah yang menjadi titik awal dari terjadinya segala rasa ketidaknyamanan, yang akhirnya menjadi bomerang. Diawali ketika salah satu diantara mereka beralasan membutuhkan dana untuk kepentingan yang urgen.
Selain itu proses transaksi kontak hutang piutang dari bank peminjaman yang ada di indonesia juga memiliki daya tarik tersendiri, Apalagi yang di iming-imingi hadiah bagi yang berhutang. Cara ini ternyata cukup banyak diminati, masih dengan ditambah prosedur yang begitu mudah. Hanya akad utang antara si peminjam, saksi, dan bank itu sendiri, sampai tidak diketahui khalayak ramai.
Menilik fakta yang ada dilapangan, ada beberapa alasan banyak masyarakat sampai terlibat hutang piutang diantaranya :
- Membiayai anggota keluarga yang menderita sakit kronis, dan sangat membutuhkan perwatan intensif
- Membeli sawah, tanah, pekarangan, rumah, yang bisa dikategorikan harta benda. hasil bekerja dijadikan barang-barang duluan ( uang bila ditangan akan mudah habis) ini adalah persepsi/ keyakinan sebagian orang.
- Membeli barang-barang yang bersifat konsumtif, misal : baju, Hp, komputer, dan lain-lain.
- Menghadapi pola hidup bebas/ mewah misal : diskotik, shooping, chating, hubungan cinta, plesiran, yang tujuannya hanya untuk hura-hura.
- Terjebak pada suatu bisnis yang mengakibatkan kerugian hebat.
- Salah memanage/ mengatur uang.
Menilik dari berbagai problema diatas, coba tanyakan pada diri sendiri, perlukah kita berhutang? ada sebab pasti ada akibat, itu sudah menjadi hukum alam. keberadaan yang dibatasi oleh kontrak kerja dan sewaktu-waktu bisa menjadi pemutusan kerja sering dilupakan begitu saja oleh sebagian besar orang. Hal inilah yang mendorong tindakan gegabah, disamping itu juga tidak banyak yang menyadari berapa banyak hubungan tali silaturohim yang terputus karena masalah hutang piutang yang tidak terselesaikan. Banyak pula yang menjadi korban, menjadi kurir yang melunasi hutang temannya selama sekian bulan karena terlibat sebagai saksi transaksi hutang disebuah perbankan. ada yang harus di terminate karena ketahuan telat bayar angsuran. fenomena ini sudah menjadi benar- benar trend didunia masyarakat., apapun alasannya.
Bagaimanapun kita tidak bisa mencegah transaksi hutung piutang. karena masalah ini memang tidak ada dalil maupun larangannya. Apa yang seharusnya kita lakukan untuk mencegah, setidaknya mengurangi permasalahn ini? kembali pada pola hidup sederhana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sederhana bukan berati tidak punya melainkan lebih mengarah pada sikap yang bisa mengarahkan kebutuhan baik kebutuhan pribadi ataupun keluarga. Tanpa disadari kitalah yang mengajari pada keluarga untuk memiliki pola hidup mewah dengan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak benar-benar bermakna/ dibutuhkan.
hutang piutang, solusi hutang piutang, hukum hutang piutang, dampak negatif hutang, dampak positif hutang, hutang pitang bank, cara hutang dibank, kelamahan hutang dibank, bank hutang piutang.
Sobat, bahwasannya beda antara keinginan dan kebutuhan sangatlah tipis kita harus benar-benar telilti memilah dan memilih. Kepada pakar keuangan manapun kepada sesama kita bertanya jawabannya hanya itu, lebih baik menghilangkan ilmu "aji mumpung" yang mungkin telah meracuni pikiran dan hati. sehingga langkah hidup kita salah arah. menjadikan hati kita beku bagai batu, yang terkadang tega memakan hasil jerih payah sesama akibat terbelit hutang piutang yang tak terbayarkan, atau niat meminjam namun ogah-ogahan dikala pengembalian. Tidak ada sesuatu di dunia ini yang kekal abadi, kecuali perubahan. Kelak semua itu juga akan dimintai pertanggungjawaban. Wallahualam.
Artikel Terkait : Hati-hati dengan siapa Anda bergaul
Artikel Terkait : Hati-hati dengan siapa Anda bergaul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar